Kognisi Konseling
Kognisi (cognition)
adalah cara manusia memberi arti pada rangsangan. Kognisi merupakan bagian
intelek yang merujuk pada penerimaan, penafsiran, pemikiran, pengingatan,
penghayalan, atau penciptaan, pengambilan keputusan, dan penalaran. Bagaimana
seseorang memandang satu kejadian, seringkali menentukan reaksi emosi dan
kombinasi kognisi dengan emosi akan menghasilkan respon prilaku. Sebagai
konsekuensinya, walaupun dua orang mengalami kejadian yang sama, mungkin akan
memberikan reaksi yang berbeda.
Dalam proses kognisi, manusia sering kali
menggunakan jalan pintas (heuristic)
untuk sampai pada suatu kesimpulan atau atribusi. Jalan pintas itu menurut sarwono digunakan untuk
mempercepat dan menghemat energy. Dengan kata lain, heuristics dalam
mentaldigunakan demi efesiensi.
Contoh sebuah kasus jika kita sedang berjalan
dijalan yang gelap dan sepi, kemudian melihat orang berjaket kulit dan
bercelana jin dengan topi dan wajah tertutup leher jaket, tangan disaku celana
dan berjaln dengan gaya yang mencurigakan kearah kita, tanpa memikirkan yang
lain-lain lagi (berpikir jalan pintas saja), atribusi yang kita berikan ialah
orang akan berbuat jahat. Oleh karna itu kita langsung mengambil seribu langkah
untuk menyelamatkan diri. Seandainya kita tidak berpikir seperti itu, atau
merasa ragu dengan pemikiran kita, bisa jadi kita akan menjadi korban
perampokan. Namun, ada kemungkinan jalan pintas kita sebetulnya salah.
Karena kognisi merupakan faktor penting dan
mempunyai pengaruh terhadap perilaku, maka konselor akan terbantu apabila
memahami kognisi dan dinamika dasarnya. Makalah ini akan membahas tentang
refleksi dan elaborasi beberapa teori kognitif, dengan maksud untuk lebih
memperdalam isi dan kualitas kawasan psikologis dan implememtasinya bagi
konseling.
A.
Asumsi-asumsi
yang salah
Asumsi
kognitif( hipotesis, keyakinan, konstruk) dibuat oleh orang untuk mengendalikan
dan membuat kesan mengenai hidupnya. Tanpa asumsi kognitif, setiap rangsangan
yang masuk kedalam kesadaran, akan menjadi kesan yang tidak diketahui dan akan
membuat kecemasan besar. Asumsi kognitif dapat berupa pernyataan benar atau
slah, dan dapat sesuai atau bertentangan.
1. Perkembangan
Asumsi yang salah hampir seluruhnya dipelajari,
meskipun beberapa teori menyakini bahwa kesalahan asumsi didasari oleh
predisposisi biologis. Proses pembelajaran yang menyebabkan asumsi salah
diperoleh melalui lima cara yaitu :
a. Melalui pengalaman
langsumg. Pengalaman tertentu yang lansung dialami seseorang
dalam waktu tertentu, dapat memberikan kesan tertentu yang kemudian membentuk
asumsi salah. Misalnya seorang gadis yang kecewa pada kencan pertama dengan
pacarnya yang dianggap tidak senstif, kurang perhatian, dan kasar, kemudian dia
menggeneralisasikan bahwa semua laki-laki itu kasar dan tidak sensitif.
b. Terjadi
dengan kejadian seolah-olah mengalami
sendiri. Orang yang menyaksikan satu kejadian di yang dipersepsi
seolah-olah mengalaminya sendiri, dapat berkembang menjadi asumsi salah.
Misalnya seorang anak laki-laki menyaksikan ayahnya dihina dan dicampakan oleh
ibunya, kemudian membuat anak itu berpikir bahwa semua perempuan adalah
pengkhianat.
c. Pengajaran
langsung. Pengajarah kurang memadai yang diperoleh seseorang
dari orang lain (orang tua, guru, atau pihak lain ), dapat berkembang menjadi
asumsi salah. Misalnya, seorang gadis dinasehati oleh ibunya bahw sexitu tidak
baik, kemudian dapat membentuk asumsi yang salah mengenai sex.
d. Logika simbolik.
Perilaku
dalam satu peristiwa tertentu sering dijadikan simbol yang secara logis dalam
perisitwa lain. Misalnya seorang anak melihat bahwa marah telah membuat
kerusakan perkawinan orang tuanya, kemudian menyimpulkan bahwa marah iu jelek
dan harus dihindari, sehingga anak itu tidak mampu membedakan antara marah yang
destruktif dengan yang konstruktif, karena premis mayornya salah, yang
menyebabkan kesimpulannya salah.
e. Miskonstruksi
hubungan sebab akibat. Asumsi salah dapat timbul karena
kesalahan dalam membangun hubungan sebab akibat. Misalnya seorang anak
menganggap tidak naik kelas karena ia bodoh, walaupun dalam kenyataannya ia
paling muda dikelasnya dan orang tuanya menginginkannya tetap bergabung dengan
anak seusianya.
Disamping
itu, asumsi salah dapat ditimbulkan oleh kesalahan dalam berfikir. Hal-hal
berikut ini merupakan beberapa kesalahan dalam berfikir yang menyebabkan asumsi
yang salah, diantaranya :
a. Generalisasi
berlebihan ( over-generalization ). Misalnya, semua perempuan itu manipulatif,
semua laki-laki eksploratif. Hidup ini tidak jelas, orang lain tidak menyukai
saya, dsb.
b. Konsep
semua atau tidak sama sekali. Misalnya, saya harus diterima diperguruan tinggi
atau hidup saya akan berakhir. Anda mau bantu saya atau tidak ada harapan sama
sekali.
c. Pernyataan
mutlak. Saya harus mematuhi orang tua saya. Saya harus jadi orang baik dsb.
d. Ketidak-akuratan
semantik. Saya gagal-saya membuat kesalahan. Ini adalah akhir-ini adalah
langkah mundur.
e. Akurasi
waktu. Apa yang dianggap tepat dimasa lalu, tidak selalu tepat dimasa kini dan
yang akan datang.
2.
Karakteristik
Asumsi yang salah mempunyai beberapa karakter dalam
hal: dimensi waktu, pola-pola, kesalahan yang mendasari dan asumsi berbahaya
dan tidak berbahaya.
·
Dimesnsi Waktu
Asumsi salah
berkenaan dengan masa lalu, sekarang dan akan datang. Ada orang yang mempunyai
asumsi yang salah berkenaaan dengan masa lalu: “orang tua tidak mencintai
saya”. Dengan asumsi itu ia tidak mau bergaul dengan orang lain karena ia
beranggapan orang tua tidak mencintai saya, apalagi orang lain. Asumsi yang
salah pada akhirnya dapat melumpuhkan diri sendiri.
·
Pola-Poal Asumsi Salah.
Orang yang
mengikutim konseling, dipengaruhi oleh asumsi yang salah signifikan akan
menghambat hidupnya sendiri, sehingga membatasi gerak hidupnya. Misalnya,
asumsi bahwa untuk mencapai sukses tertentu harus diawali dengan sukses
tertentu. Seorang ibu berpendapat agar anaknya menjadi sukses, ia harus lulusan
perguruan tinggi ternama, oleh karena itu ia harus masuk SMA favorit, dan
sebelumnya harus masuk ke SMP favorit, juga SD favorit dan harus dimulai dari
kelompok bermain dan taman kanak-kanak tertentu.
·
Hal Yang Mendasari Kekurangan Berkenaan
dengan
kekurangan yang ada dalam dirinya. Untuk alasan ini asumsi salah tidak saja
sebagai indikator maslah yang dihadapi seseorang, akan tetapi juga sebagai
indikator alasan kurang mampunya orang dalam menyesuaikan diri mencapai
kebahagian.
·
Asumsi Yang Berbahaya Dan Tidak Berbahaya.
Asusmi negatif
tidak selalu menimbulkan gangguan psikologi. Asumsi salah yang berbahaya dapat
berupa ucapan misalnya: “ semua orang yang ku kasihi harus mencintai saya”.
Asumsi yang tidak berbahaya dapat dilihat dalam kalimat: “ saya menikmati
seseorang yang terbaik yang pernah kucintai”.
3.
Pola terhadap perubahan.
Asumsi yang salah memiliki beberapa alasan yaitu:
¨
Dianggap sebagai hal yang bersifat pribadi
¨
Tidak ada semestinya.
Contohnya:
Asumsi yang salah memiliki 4 sumber: Dari diri sendri, terdapat orang lain, pada
hidup, dan pada tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar