Selasa, 13 September 2016

25. Kognisi Konseling



                                                      Kognisi Konseling 



Kognisi (cognition) adalah cara manusia memberi arti pada rangsangan. Kognisi merupakan bagian intelek yang merujuk pada penerimaan, penafsiran, pemikiran, pengingatan, penghayalan, atau penciptaan, pengambilan keputusan, dan penalaran. Bagaimana seseorang memandang satu kejadian, seringkali menentukan reaksi emosi dan kombinasi kognisi dengan emosi akan menghasilkan respon prilaku. Sebagai konsekuensinya, walaupun dua orang mengalami kejadian yang sama, mungkin akan memberikan reaksi yang berbeda.
Dalam proses kognisi, manusia sering kali menggunakan jalan pintas (heuristic) untuk sampai pada suatu kesimpulan atau atribusi. Jalan pintas  itu menurut sarwono digunakan untuk mempercepat dan menghemat energy. Dengan kata lain, heuristics dalam mentaldigunakan demi efesiensi.
Contoh sebuah kasus jika kita sedang berjalan dijalan yang gelap dan sepi, kemudian melihat orang berjaket kulit dan bercelana jin dengan topi dan wajah tertutup leher jaket, tangan disaku celana dan berjaln dengan gaya yang mencurigakan kearah kita, tanpa memikirkan yang lain-lain lagi (berpikir jalan pintas saja), atribusi yang kita berikan ialah orang akan berbuat jahat. Oleh karna itu kita langsung mengambil seribu langkah untuk menyelamatkan diri. Seandainya kita tidak berpikir seperti itu, atau merasa ragu dengan pemikiran kita, bisa jadi kita akan menjadi korban perampokan. Namun, ada kemungkinan jalan pintas kita sebetulnya salah.
Karena kognisi merupakan faktor penting dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku, maka konselor akan terbantu apabila memahami kognisi dan dinamika dasarnya. Makalah ini akan membahas tentang refleksi dan elaborasi beberapa teori kognitif, dengan maksud untuk lebih memperdalam isi dan kualitas kawasan psikologis dan implememtasinya bagi konseling.

A.    Asumsi-asumsi yang salah
Asumsi kognitif( hipotesis, keyakinan, konstruk) dibuat oleh orang untuk mengendalikan dan membuat kesan mengenai hidupnya. Tanpa asumsi kognitif, setiap rangsangan yang masuk kedalam kesadaran, akan menjadi kesan yang tidak diketahui dan akan membuat kecemasan besar. Asumsi kognitif dapat berupa pernyataan benar atau slah, dan dapat sesuai atau bertentangan.  
1.      Perkembangan
Asumsi yang salah hampir seluruhnya dipelajari, meskipun beberapa teori menyakini bahwa kesalahan asumsi didasari oleh predisposisi biologis. Proses pembelajaran yang menyebabkan asumsi salah diperoleh melalui lima cara yaitu :
a.       Melalui pengalaman langsumg. Pengalaman tertentu yang lansung dialami seseorang dalam waktu tertentu, dapat memberikan kesan tertentu yang kemudian membentuk asumsi salah. Misalnya seorang gadis yang kecewa pada kencan pertama dengan pacarnya yang dianggap tidak senstif, kurang perhatian, dan kasar, kemudian dia menggeneralisasikan bahwa semua laki-laki itu kasar dan tidak sensitif.
b.      Terjadi dengan kejadian seolah-olah mengalami sendiri. Orang yang menyaksikan satu kejadian di yang dipersepsi seolah-olah mengalaminya sendiri, dapat berkembang menjadi asumsi salah. Misalnya seorang anak laki-laki menyaksikan ayahnya dihina dan dicampakan oleh ibunya, kemudian membuat anak itu berpikir bahwa semua perempuan adalah pengkhianat.
c.       Pengajaran langsung. Pengajarah kurang memadai yang diperoleh seseorang dari orang lain (orang tua, guru, atau pihak lain ), dapat berkembang menjadi asumsi salah. Misalnya, seorang gadis dinasehati oleh ibunya bahw sexitu tidak baik, kemudian dapat membentuk asumsi yang salah mengenai sex.
d.      Logika simbolik. Perilaku dalam satu peristiwa tertentu sering dijadikan simbol yang secara logis dalam perisitwa lain. Misalnya seorang anak melihat bahwa marah telah membuat kerusakan perkawinan orang tuanya, kemudian menyimpulkan bahwa marah iu jelek dan harus dihindari, sehingga anak itu tidak mampu membedakan antara marah yang destruktif dengan yang konstruktif, karena premis mayornya salah, yang menyebabkan kesimpulannya salah.
e.       Miskonstruksi hubungan sebab akibat. Asumsi salah dapat timbul karena kesalahan dalam membangun hubungan sebab akibat. Misalnya seorang anak menganggap tidak naik kelas karena ia bodoh, walaupun dalam kenyataannya ia paling muda dikelasnya dan orang tuanya menginginkannya tetap bergabung dengan anak seusianya.
Disamping itu, asumsi salah dapat ditimbulkan oleh kesalahan dalam berfikir. Hal-hal berikut ini merupakan beberapa kesalahan dalam berfikir yang menyebabkan asumsi yang salah, diantaranya :
a.       Generalisasi berlebihan ( over-generalization ). Misalnya, semua perempuan itu manipulatif, semua laki-laki eksploratif. Hidup ini tidak jelas, orang lain tidak menyukai saya, dsb.
b.      Konsep semua atau tidak sama sekali. Misalnya, saya harus diterima diperguruan tinggi atau hidup saya akan berakhir. Anda mau bantu saya atau tidak ada harapan sama sekali.
c.       Pernyataan mutlak. Saya harus mematuhi orang tua saya. Saya harus jadi orang baik dsb.
d.      Ketidak-akuratan semantik. Saya gagal-saya membuat kesalahan. Ini adalah akhir-ini adalah langkah mundur.
e.       Akurasi waktu. Apa yang dianggap tepat dimasa lalu, tidak selalu tepat dimasa kini dan yang akan datang.

2.      Karakteristik
Asumsi yang salah mempunyai beberapa karakter dalam hal: dimensi waktu, pola-pola, kesalahan yang mendasari dan asumsi berbahaya dan tidak berbahaya.
·         Dimesnsi Waktu
Asumsi salah berkenaan dengan masa lalu, sekarang dan akan datang. Ada orang yang mempunyai asumsi yang salah berkenaaan dengan masa lalu: “orang tua tidak mencintai saya”. Dengan asumsi itu ia tidak mau bergaul dengan orang lain karena ia beranggapan orang tua tidak mencintai saya, apalagi orang lain. Asumsi yang salah pada akhirnya dapat melumpuhkan diri sendiri.
·         Pola-Poal Asumsi Salah.
Orang yang mengikutim konseling, dipengaruhi oleh asumsi yang salah signifikan akan menghambat hidupnya sendiri, sehingga membatasi gerak hidupnya. Misalnya, asumsi bahwa untuk mencapai sukses tertentu harus diawali dengan sukses tertentu. Seorang ibu berpendapat agar anaknya menjadi sukses, ia harus lulusan perguruan tinggi ternama, oleh karena itu ia harus masuk SMA favorit, dan sebelumnya harus masuk ke SMP favorit, juga SD favorit dan harus dimulai dari kelompok bermain dan taman kanak-kanak tertentu.
·         Hal Yang Mendasari Kekurangan Berkenaan
dengan kekurangan yang ada dalam dirinya. Untuk alasan ini asumsi salah tidak saja sebagai indikator maslah yang dihadapi seseorang, akan tetapi juga sebagai indikator alasan kurang mampunya orang dalam menyesuaikan diri mencapai kebahagian.

·         Asumsi Yang Berbahaya Dan Tidak Berbahaya.
Asusmi negatif tidak selalu menimbulkan gangguan psikologi. Asumsi salah yang berbahaya dapat berupa ucapan misalnya: “ semua orang yang ku kasihi harus mencintai saya”. Asumsi yang tidak berbahaya dapat dilihat dalam kalimat: “ saya menikmati seseorang yang terbaik yang pernah kucintai”.

3.      Pola terhadap perubahan.
Asumsi yang salah memiliki beberapa alasan yaitu:
¨      Dianggap sebagai hal yang bersifat pribadi
¨      Tidak ada semestinya.
Contohnya:
Asumsi yang salah memiliki 4 sumber:  Dari diri sendri, terdapat orang lain, pada hidup, dan pada tuhan.

24. Program Bimbingan Konseling Pra Sekolah



PROGRAM BIMBINGAN KONSELING
PRA SEKOLAH


Pengertian Bimbingan dan Konseling pada Anak Usia Dini
Menurut Crow and Crow (M. Surya, 1988:45) bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya, mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
Ditinjau dari sudut orang tua kegiatan bimbingan dan konseling pada anak usia dini dilakukan untuk:
a.       Membantu orang tua agar mengerti, memahami dan menerima anak sebagai individu,
b.      Membantu orang tua dalam mengatasi gangguan emosi pada anak yang ada hubungannya dengan situasi keluarga dirumah,
c.       Membantu orang tua mengambil keputusan dalam memilih sekolah bagi anaknya sesuai dengan taraf kemampuan kecerdasan, fisik dan indranya.
d.      Memberikan informasi kepada orang tua untuk memecahkan masalah kesehatan anak.

Fungsi Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini
a.       Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu usaha bimbingan yang dilakukan guru atau pendamping untuk menghasilkan pemahaman yang menyeluruh tentang aspek-aspek sebagai berikut:
1)      Pemahaman diri anak didik terutama oleh orang tua dan guru,
2)      Hambatan atau masalah yang dihadapi anak,
3)      Lingkungan anak yang mencakup keluarga dan tempat belajar,
4)      Lingkungan yang lebih luas diluar rumah dan diluar tempat belajar,
5)      Cara-cara penyesuaian dan pengembangan diri.

b.      Fungsi pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu usaha bimbingan yang menghasilkan tercegahnya anak dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangan.
c.       Fungsi perbaikan
Fungsi perbaikan adalah usaha bimbingan yang menghasilkan terpecahnya berbagai permasalahan yang dialami oleh anak didik.
d.      Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Yaitu usaha bimbingan yang menghasilkan terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

Ruang lingkup bimbingan untuk Anak Usia Dini
a.       Bimbingan Pribadi dan Sosial
Bimbingan ini dapat membantu anak dalam memecahkan masalah-masalah pribadi sosial.
b.      Bimbingan Belajar
Tujuan dan tugas pengembangan pendidikan melalui kegiatan bermain sambil belajar yang mencakup pengembangan kemampuan dasar dan pembentukan perilaku.
c.       Bimbingan karir
Bimbingan yang membantu anak dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi secara sederhana.

 Ciri Bimbingan dan Konseling Untuk Anak Usia Dini
Menurut Syaodih, E(2004) ada beberapa ciri bimbingan dan konseling bagi anak usia dini yang dapat dijadikan rujukan bagi guru atau pendamping, yaitu:
1.      Proses Bimbingan dan Konseling Harus Disesuaikan dengan Pola Pikir dan Pemahaman Anak
Pelaksanaan bimbingan dan konseling bagi anak usia dini relatif cukup sulit untuk dilaksanakan. Kondisi ini terjadi bukan disebabkan karna berbedanya langkah-langkah bimbingan, tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan karakteristik anak yang dibimbing.
2.      Pelaksanaan Bimbingan Terintegrasi Dengan Pembelajaran
Pelaksanaan bimbingan konseling dilaksanakan secara bersama-sama dengan pelakasanaan pembelajaran, artinya guru atau pendamping pada saat akan merencanakan kegiatan pembelajaran harus juga memikirkan bagaimana perencanaan bimbingannya.
3.      Waktu pelaksanaan bimbingan sangat terbatas
Interaksi guru atau pendamping dengan anak relatif tidak lama, rata-rata pertemuan dalam sehari hanya 2,5-3 jam.  
4.      Pelaksanaan bimbingan dilaksanakan dalam nuansa bermain
Bermain merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia anak dan bahkan dapat dikatakan tiada hari tanpa bermain. Bermain bagi anak merupakan suatu aktivitas tersendiri yang sangat menyenangkan yang mungkin tidak bisa dirasakan atau dibayangkan oleh orang dewasa.
5.      Adanya keterlibatan teman sebaya
Keterlibatan teman sebaya perlu dipertimbangkan guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling karena melalui teman sebaya upaya mengatasi masalah khuisusnya masalah sosial emosi dapat dipandang sebagai cara yang tepat untuk mengatasi masalah yang dialami anak.
  6.      Adanya keterlibatan orang tua
Ketika anak sedang belajar di PAUD guru atau pendamping berperan sebagai penganti orang tua. Mengingat permasalahan yang dihadapi anak maka peran orang tua dalam membantu tumbuh kembang anak merupakan suatu hal yang sangat penting.
7.      Ruang Lingkup Layanan Bimbingan
Bimbingan bagi anak usia dini terdiri atas 5 bentuk layanan, yaitu :
a)      Layanan pengumpulan data
Layanan pengumpulan data dimaksudkan untuk menjaring informasi-informasi yang diperlukan guru atau pendamping anak usia dini dalam memahami karakteristik, kemampuan dan permasalahan yang mungkin dialami anak.
b)      Layanan informasi
Layanan informasi dimaksudkan untuk memberikan wawasan dan pemahaman baik untuk anak maupun bagi orang tua. Untuk anak usia dini yang relatif masih usia muda, masih sangat sedikit informasi atau pengetahuan yang diketahui dan dipahami anak.
c)      Layanan Konseling
Proses konseling pada anak usia dini berbeda dengan konseling yang dilakukan pada remaja atau orang dewasa. Layanan konseling dilakukan dengan mengikuti beberapa langkah seperti yang diungkapkan dalam uraian terdahulu yaitu melakukan :
(1) Identifikasi masalah
(2) Diagnosis
(3) Prognosis
(4) Treatment, dan
(5) Evaluasi tindak lanjut
d)     Layanan penempatan
Layanan penempatan, yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan anak memperoleh penempatan yang tepat sesuai dengan kondisi dan potensinya.
e)      Layanan evaluasi dan tindak lanjut
Layanan evaluasi dan tindak lanjut merupakan layanan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penanganan yang telah dilakukan guru atau pendamping.

Syarat-Syarat Program Layanan
Menurut Syaodih (2004) dalam menyusun suatu program bimbingan dan konseling pada anak usia dini, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu :
1.      Prinsip dasar bimbingan dan konseling anak usia dini
Pelaksanaan bimbingan konseling pada anaka usia dini tidak mengunakan waktu dan ruang tersendiri seperti halnya bimbingan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Nuansa bermain menjadi bagian dari pelaksanaan bimbingan karena dunia anak adalah dunia bermain.
a.                   Esensi bimbingan dan konseling
Dalam pelakasanaannya, bimbingan juga diarahkan untuk membantu orang tua agar memiliki pemahaman dan motivasi untuk turut mengembangkan kemampuan anak karena kelekatan anak usia dini terhadap orang tua relative masih tinggi.
b.                  Orientasi bimbingan dan konseling
Masa ini sering disebut sebagai masa “Golden Age” atau masa keemasan karena pada masa ini anak sangat peka untuk mendapatkan rangsangan-rangsangan.
c.                   Konsep yang mendasari pelaksanaan bimbingan dan konseling
Pelaksanaan bimbingan konseling pada anak usia dini pada dasarnya berangkat dari pemahaman tentang pengembangan anak bahwa setiap anak memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda.
d.                  Bentuk layanan bimbingan dan konseling
Istilah bentuk layanan bimbingan menunjuk pada jumlah anak pada saat guru atau pendamping melakukan bimbingan. Bentuk layanan bimbingan dapat dilakukan secara individual atau kelompok.

e.                   Setting layanan bimbingan konseling
Pada anak usia dini dapat menggunakan seting individual, kelompok dan klasikal. Setting ini digunakan sangat tergantung dari kebutuhan layanan bimbingan.
2.      Penyusunan Program
Menurut Miller (Rochman Natawidjaja, 1998) program bimbingan yang baik, yaitu program yang apabila dilaksanakan akan efesien dan efektif. Program tersebut memiliki ciri, seperti :
a.                   Program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para siswa disekolah yang bersangkutan
b.                  Kegiatan bimbingan diatur menurut skala prioritas yang juga ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa dan kemampuan petugas
c.                   Program dikembangkan berangsur-angsur, dengan melibatkan semua tenaga pendukung disekolah dalam merencanakannya
d.                  Program itu memiliki tujuan yang ideal, tetapi realistis dalam pelaksanaanya.
e.                   Program itu mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan diantara semua anggota staf pelaksanaannya
f.                   Menyediakan fasilitas yang diperlukan
g.                  Penyusunannya disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan di sekolah yang bersangkutan
h.                  Memberikan kemungkinan pelayanaan kepada semua siswa
i.                    Memperlihatkan peran yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah dengan masyarakat
j.                    Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri baik mengenai program itu sendiri maupun kemajuann dari siswa yang dibimbing serta mengenai kemajuan pengetahuan, keterampilan dan sikap para petugas pelaksanaannya
k.                  Program itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan.

3.      Pelaksanaan Program
Pelaksanaan program dibagi dua bahasan, yaitu :
a.                   Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang berorientasi kepada semua anak.
b.                  Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang berorientasi kepada masalah yang dihadapi anak.